Pendidikan Karakter akhir-akhir ini menjadi buah bibir banyak orang, terlebihlebih dalam masyarakat pendidikan. Wacana pendidikan karakter muncul secara terus bukan semata-mata di sebabkan oleh kebijakan Menteri Pendidikan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu jilid 2, melainkan lebih jauh disebabkan oleh adanya keprihatinan masyarakat Indonesia terhadap dekadensi moral yang tidak kunjung selesai, serta masih banyaknya kejadian konflik antar kelompok, suku bangsa, golongan, dan status sosial yang mengancam persataun dan kesatuan bangsa Indonesia.
Di satu sisi, reformasi di Indonesia sudah berhasil mendorong demokratisasi dan gerakan transparansi, namun di sisi lain reformasi bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam batas tertentu masih belum mampu menunjukkan hasil yang menggembirakan. Di sekitar kita masih dijumpai cukup banyak perilaku warga Indonesia, baik secara personal maupun kolektif, bertentangan dengan misi reformasi, apakah itu berupa perilaku amoral, perilaku eksploitasi terhadap sesama, perilaku korupsi, dan perilaku konflik antar sesama. Masih banyak lagi perilaku yang tak terpuji yang pada akhirnya merugikan banyak orang dan banyak pihak.
gerakan pendidikan karakter. Suatu usaha besar yang melibatkan semua pihak
untuk mengawal pendidikan karakter bagi seluruh warga Indonesia, terlebih
bagi individu yang masih tumbuh dan berkembang yang masih berada pada
masa transisi. Karena itu pendidikan karakter bukanlah semata-mata tanggung
jawab pemerintah, melainkan juga orangtua, institusi pendidikan, organisasi
agama, dan masyarakat.
Untuk memperkuat pentingnya pendidikan karakter, kita ingat akan sabda Rasulullah saw, yaitu : Innamaa bu’itstu liutammima makaarimal akhlaaq”, artinya Sesungguhnya aku dibangkitkan di bumi ini untuk menyempurnakan akhlaq”. Ini menegaskan bahwa betapa pentingnya akhlaq itu bagi kehidupan baik di mata manusia maupun Tuhan. Juga ditegaskan lagi Rasulullah, yaitu “hubbul wathan minal iimaan”, artinya cinta tanah air adalah sebagian daripada iman. Hal ini menegaskan bahwa setiap warga negara wajib menunjunjnung tinggi bangsa dan negaranya, tidak bersifat merusak apalagi menghacurkan.
Atas dasar itulah UNY memiliki tekad yang besar untuk berpartisipasi aktif dalam mengawal pendidikan karakter untuk Indonesia. Ada beberapa alasan UNY ingin berkontribusi bagi pendidikan karakter di tanah tercinta ini. Pertama, UNY memiliki visi menghasilkan insan bernurani, mandiri, dan cendekia. Artinya bahwa UNY memandang pentingnya moralitas dan spiritualias dalam pembentukan lulusan. Jika seorang terdidik tidak bermoral, maka banyak pihak yang akan dirugikan. UNY sangat berkeinginan lulusannya justru memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain. Demikian juga UNY ingin menghasilkan lulusan yang cendekia dengan sifat utamanya memiliki tanggung jawab sosial (social responsibility), karenanya lulusan UNY harus memiliki rasa kebangsaan yang tinggi, bangga akan tanah airnya.
Kedua, UNY merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang memiliki core business bidang pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha memanusiakan manusia, sehingga manusia itu berkepribadian, berkarakter, dan beradab. Karena lulusan UNY sebagian besarnya akan menjadi pendidik, maka UNY sangat berkewajiban menjadikan pendidikan karakter sebagai komponen utama dalam proses pendidikannya.
Ketiga, UNY menjadikan pendidikan karakter sebagai icon-nya. Karena itulah UNY memiliki keberanian moral untuk memberikan penghargaan akademik tertinggi Doktor Honoris Causa kepada Bapak Ary Ginanjar atas kemampuan akademik, perjuangan, dan setelah melalui pengkajian serius oleh
sejumlah ahlinya, sehingga tetap on the track
Setelah memperhatikan posisi UNY dalam mengahadapi gerakan pendidikan karakter, kiranya perlu diidentifikasi kontribusi UNY dalam mengawal implementasi pendidikan karakter. UNY telah melakukan pembinaan moral keagamaan dan pembinaan perilaku terpaji terhadap semua unsur, baik dosen, karyawan, terlebih-lebih mahasiswa. Pembinaan kerohanian bagi dosen dan karyawan dilakukan secara periodik, baik berlangsung di kampus maupun di luar kampus. Pembinaan keagamaan bagi mahasiswa dilakukan melalui program dan kegiatan turorial untuk melengkapi kegiatan kurikuler. Untuk internalisasi nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan juga diupayakan melalui kegiatan perkuliahan, terutama diawali dengan mata kuliah umum yang akan dilanjutkan dengan mata kuliah bidang studi. Di samping itu, diupayakan adanya kegiatan intensif melalui unit kegiatan kerohanian untuk setiap agama, Unit Kajian Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba, Resimen Mahasiswa, dan Pramuka.
Untuk mengimplementasikan pendidikan karakter tidaklah mudah karena ada minimal dua faktor penting, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, bahwa tidak semua individu itu memiliki kesiapan, kemampuan, dan kemauan untuk berperilaku baik, bahkan ada kecenderungan perbuatan merusak seringkali tampak dominan. Tidak semua dosen memiliki kemampuan dan penguasaan bidang agama, sehingga ada rasa takut untuk mengimplementasikan dalam proses pendidikan. Di samping itu masih adanya kecenderungan untuk agresif, kurang empati, dan akomodatif terhadap orang lain yang berbeda pendapat dan keinginan. Faktor eksternal, adanya budaya asing yang agresif untuk menkontaminasi budaya kita, terutama di era informasi yang sangat terbuka. Adanya lingkungan masyarakat yang tak peduli terhadap perilaku yang tercela di tengah-tengah masyarakat.
Setelah memperhatikan kondisi tersebut, maka dapat ditawarkan berbagai upaya untuk mengoptimalkan kontribusi UNY terhadap implementasi pendidikan karakter. Pertama, memantapkan komitmen semua unsur untuk mengedepan pentingnya pendidikan karakter, sehingga setiap individu dapat ikut andil dalam mengawal pendidikan karakter sesuai dengan kemampuannya. Kedua, mengupayakan setiap pimpinan di unit dan levelnya masing, bahkan termasuk di lingkungan mahasiswa untuk menjadi teladan dalam berperilaku yang santun. Ketiga, mengagendakan secara rutin forum pertemuan dan silaturahim antar individu atau institusi yang beragam, sehingga terbangun salaing menghormati, respek, dan menolong. Keempat, membangun gerakan berprilaku konstruktif dan bermanfaat bagi orang lain, kelompok lain atau institusi lain.
Akhirnya kami yakin bahwa semua unsur yang berada di komunitas UNY, baik mahasiswa, dosen, karyawan, maupun alumni, perlu terus mengedepankan kebersihan dan kesucian hati dalam mengemban amanah sesuai dengan posisinya masing-masing, sehingga kehadirannya dapat menunjukkan perilaku yang terpuji, perilaku yang adil, perilaku yang mendatangkan kedamaian, dan perilaku yang dapat memperkuat persatuan dan kesatuan. Dengan demikian UNY tidak hanya dapat mengawal pendidikan karakter, melainkan juga insya Allah mampu memberikan kepuasan seluruh civitas academikanya, bagi masyarakat luas dan bagi kemanusiaan. Semoga.
*Penulis adalah Rektor Universitas Negeri Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar