Cukup banyak
guru-guru mengatakan merasa capek atau lesu apabila harus segera masuk kelas
untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Dalam absensi, hampir setiap hari
ada guru yang ijin karena berhalangan tidak dapat datang ke sekolah. Pada umumnya alasan serius atau alasan
berpura-pura sehingga berhalangan untuk tidak hadir di sekolah. Sering alasan
lain adalah untuk memohon ijin karena ada urusan keluarga yang sangat mendesak.
Kalau kita fikirkan tidak ada seorangpun di dunia yang luput dari urusan
keluarga. Tetapi rasanya tidak logis kalau seorang guru sempat dalam satu bulan
membuat alasan sepele dan berhalangan untuk mengajar sebanyak sekian kali. Dan
alasan sepele ini cukup banyak dilakukan oleh guru-guru.
Dapat dikatakan buat sementara, bahwa keabsenan guru-guru dari sekolah
karena tersandung oleh kebosanan selama proses belajar mengajar. Kemalasan
guru-guru yang lain sering terekspresi dalam bentuk kelesuan setiap kali harus
menunaikan kewajiban dalam Proses Belajar Mengajar (PBM). Meskipun bel tanda
masuk telah berbunyi beberapa menit yang lalu namun masih banyak guru-guru yang
ingin menyelesaikan gosip-gosip ringan sesama guru. Malah ada sebagian guru
yang sengaja hilir-mudik atau berpura-pura sibuk mencari sesuatu yang
sebenarnya tidak ada. Sampai akhirnya selalu terlambat tiba di kelas dan
kemudian sengaja pula agak cepat untuk meninggalkan kelas.
Ada beberapa
faktor yang menyebabkan kebosanan pada seorang guru yaitu:
- Faktor dari Murid
- Faktor dari Guru
- Faktor kompetensi guru pada
pelajaran tertentu
Di beberapa
sekolah ada yang membagi kelas disesuaikan dengan kemampuan seorang siswa,
yaitu siswa dengan kemampuan yang lebih baik dimasukkan dalam kelas A dan murid
dengan kemampuan sedang atau kurang dimasukkan dalam kelas B dan seterusnya.
Hal ini dapat memicu gairah guru untuk melaksanakan PBM hanya tertuju untuk
kelas unggulan. Sedangkan untuk kelas-kelas non unggulan yang cukup banyak
siswa dengan kemampuan rendah terpaksa dimasuki oleh guru dengan rasa lesu dan
letih bahkan bosan. Tentu tidak semua guru menunjukkan gejala yang demikian.
Faktor yang
menyebabkan guru merasa bosan dalam PBM mungkin karena kelelahan. Barangkali ia
memiliki jumlah jam yang terlalu banyak. Walau pada sekolah pengabdiannya hanya
mengajar beberapa jam saja, tetapi karena tuntutan hidup ia menjadi guru
sukarela pula pada sekolah lain. Atau bisa jadi karena kelelahan fisik setelah menjadi guru selama puluhan
tahun. Sering kita lihat para guru-guru tua yang belum sudi untuk pensiun
merasa segan untuk melakukan PBM. Bahkan pada guru-guru berstatus Pegawai
Negeri ada yang mempunyai pola pikir tidak patut dicontoh yaitu mengajar
sungguh-sungguh atau tidak toh tetap digaji. Namun secara mayoritas guru
kelihatan kurang termotivasi untuk meningkatkan kualitas dirinya. Mereka tidak
banyak membaca, walaupun sebatas membaca koran dan majalah, sehingga jadilah
ilmu pengetahuan mereka sempit dan dangkal. Kebanyakan guru-guru selesai
mengajar ya… selesai begitu saja. Begitulah kegiatan rutin mereka hari demi
hari sampai akhirnya rasa bosan menyelinap ke dalam fikiran. Ada juga yang
membuang-buang waktunya hanya untuk membicarakan hal-hal yang tidak ada
kaitannya dengan pendidikan.
Ada guru yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup luas dan cukup hangat
dalam bergaul bersama siswa. Namun juga sering mengeluh bosan untuk melakukan
PBM sehingga mengajar secara serampangan dengan metode kuno sepanjang hari.
Guru yang seperti ini sebaiknya harus segera melakukan introspeksi diri dan
kemudian memutuskan apakah karir sebagai guru cocok baginya atau tidak. Tetapi
pada umumnya mereka tetap bertahan mengajar dalam kebosanan karena tidak mampu
mencari pekerjaan jenis lain yang cocok bagi diri, maklum banyak orang
terserang sindrom pegawai negeri dengan alasan jaminan untuk hari tua. Setiap
hari banyak terdengar keluhan guru-guru. Ada yang mengeluhkan badan kurang enak
karena sakit kepala, sakit gigi, perut terasa kembung atau badan terasa
pegal-pegal dimana ini semua adalah kompensasi dari bentuk rasa bosan. Mereka
bosan untuk menunaikan tanggung jawab. Dan penyebab lain dari rasa bosan ini
adalah karena umumnya guru-guru kurang kreatif sehingga mereka jarang yang
menjadi guru profesional tetapi ingin selalu disebut profesional. Memang secara
umum guru-guru terlihat kurang kreatif dan sebagian kecil tentu ada yang
kreatif. Rata-rata guru menerapkan peranan tradisional dalam mengajar. Mereka
masih berfilsafat bahwa guru masih sebagai sumber ilmu, dalam penguasaan ilmu
siswa harus menyalin catatan guru dan menghafalkannya tanpa melupakan titik dan
komanya sekalipun, bahkan yang paling parah siswa ditugasi pelajaran yang ada
dibuku. Penanganan masalah yang ditemui selama PBM pun juga secara tradisional.
Kalau murid bersalah musti diberi nasehat dan kebanyakan sistem pemberian
nasehat dalam bentuk komunikasi satu arah, dimana yang sering terlihat ketika
guru bertutur kata adalah siswa diam atau tidak boleh menjawab. Tetapi sekarang
banyak guru yang nasehatnya tidak bertuah dalam bertutur kata karena kesempitan
ilmu dan wawasannya atau karena tidak dilandasi keikhlasan. Model pengajaran
sudah terlihat semakin basi karena menggunakan metode itu ke itu juga. Hasil mengikuti penataran apakah dalam bentuk KKG, Workshop dan
seminar jarang sekali di aplikasikan dalam kelas.
Kompetensi guru pada bidang pelajaran tertentu juga menjadi faktor penyebab
kebosanan ini. Guru yang mengajar tidak sesuai pada bidangnya biasanya terkesan
mengajar seadanya dan mengikuti apa yang ada dalam buku siswa, tanpa berusaha
mengembangkannya. Ketika mengajar mata pelajaran yang dikuasainya seorang kuru
akan terlihat bersemangat sekali tetapi pada pelajaran yang kurang dikuasai
biasanya terkesan seadanya. Hal ini sering terjadi pada sekolah yang menerapkan
sistim guru kelas.
Ada beberapa cara yang mungkin bisa digunakan untuk meredakan kebosanan
yaitu:
- Meningkatkan
kemampuan dan wawasan Guru yang ideal adalah selalu membiasakan untuk
membelajarkan diri. Adalah sangat tepat bila seorang guru selain memahami
bidang studinya juga mendalami pengetahuan umum lainnya sebagai untuk
menambah wawasan dirinya. Guru yang luas wawasan dan ilmu pengetahuannya
tidak akan pernah kehabisan bahan dalam proses belajar mengajar. Kalau
sekarang ada ungkapan yang mengatakan bahwa mengajar itu adalah seni, maka
mustahillah guru yang kering akan ilmu dan sempit wawasan dapat
mengaplikasikannya sebagi seni.
- Melakukan penyegaran dalam bentuk
mengikuti penataran, workshop, seminar, KKG, dan peningkatan kerja
lainnya.
- Melatih diri untuk meningkatkan
kemampuan untuk menulis, sehingga dapat mengisi waktu-waktu yang kosong
untuk menulis artikel, cerita, dll.
- Menggali informasi dari surat
kabar, majalah, buku-buku perpustakaan, dan browsing internet disela-sela
waktu kosong.
- Mengembangkan ide dengan membuat
alat atau media pembelajaran dan LKS.
- Beri selingan dengan permainan
(tepuk, gerak tubuh, dan kuis) dalam setiap PBM.
- Gunakan multi metode dan multi
media dalam PBM.
- Mengisi
waktu luang dengan berdiskusi antar sesama guru lebih bermanfaat daripada
hanya ngrumpi.
- Jangan membeda-badakan murid
berdasarkan kemampuannya, anggaplah mereka anak-anak kita sendiri
- Jalin hubungan yang erat antara
guru, siswa, dan orang tua siswa.
Tentunya
cara-cara diatas hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada,
tujuan akhirnya adalah kita dapat terhindar dari sindrom kebosanan yang dapat
menjangkiti siapa saja. Pada akhirnya guru yang Profesional dan Bersertifikasi
tidak hanya sebagai label untuk menambah penghasilan, tetapi betul-betul
sebagai amanah yang harus dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar