Kamis, 03 Oktober 2013

Inisiasi Kampung Wisata Kelurahan Ngupasan, Yogyakarta

Sudah lama sekali saya ga blogging. Selama beberapa bulan terakhir ini disibukkan dengan berbagai kegiatan. Kegiatan utamanya yang mendukung perkuliahan, yaitu KKN, PPL dan penyusunan proposal skripsi. :)

Dari berbagai kegiatan tersebut ada beberapa hal menarik yang ga bisa dilupakan. Terutama pada saat pelaksanaan KKN dan PPL. Disana saya diterjunkan langsung di SMA Negeri 10 Yogyakarta dan diminta berKKN di masyarakat sekitar sekolah. Pada kegiatan KKN di Kelurahan Ngupasan, kelompok saya menyusun berbagai program pendukung. Salah satu kegiatan unggulan kami adalah penelitian terkait inisiasi kampung wisata yang hendak digalakan oleh Kampung Ngupasan.

Dalam penelitian, kami membagikan angket dan melakukan survei kepada masyarakat kampung Ngupasan. Dari kegiatan ini didapatkan data sehingga dapat dirumuskan jenis kampung wisata apa yang cocok untuk Kelurahan Ngupasan. Berikut ini artikelnya :).

Artikel Program Unggulan
INISIASI KAMPUNG WISATA NGUPASAN

A.    PENDAHULUAN
Kesejahteraan sesuai yang diamanatkan Undang-Undang dasar adalah suatu hak dari warga Negara Indonesia yang harus diwujudkan terutama oleh pemerintah. Sejak ditetapkannya otonomi daerah, pusat tidak lagi menjadi satu-satunya sumber kebijakan terutama dalam rangka mengembangkan daerah tersebut dan tentu saja akan bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Masing-masing daerah mengembangkan diri berdasarkan karakteristik dan potensi masing-masing, hal ini berlaku tidak hanya untuk pemerintahan provinsi, tetapi juga penmerintahan kabupaten, bahkan pemerintahan desa atau kelurahan sekalipun. Salah satu program tingkat desa dan kelurahan yang saat ini sedang digalakan ialah ‘Kampung Wisata’.
Yogyakarta memiliki Malioboro yang merupakan pusat wisata yang dikelilingi berbagai situs budaya yang sangat potensial dan telah dapat menarik wisatawan dari berbagai Negara, tidak hanya dalam negeri saja. Keberadaan wisatawan ini merupakan peluang pasar bagi daerah-daerah disekitar Malioboro. Beberapa daerah sudah menyadari hal ini dan telah mengembangkan diri menjadi kampung wisata. Diantaranya adalah kampung Ketandan yang merupakan kampung wisata bertemakan budaya Tionghoa.
Kelurahan Ngupasan yang juga merupakan salah satu wilayah lokasinya dekat dengan situs-situs budaya, Malioboro, dirasa perlu untuk mengambil peluang pasar yang ada. Kemudian muncul gagasan untuk mengembangkan kampung wisata di Kelurahan Ngupasan.
Konsep Kampung Wisata ialah pengembangan potensi wilayah dari, oleh, dan untuk masyarakat wilayah tersebut dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menarik wisatawan. Sehingga perlu dirumuskan jenis kampung wisata yang sesuai dengn karakteristik dan potensi yang dimiliki daerah. Selain itu, peran masyarakat dan program inisiasi kampung wisata ini sangatlah penting. Pada beberapa kasus, masyarakat enggan berperan karena ketidak tahuan akibat minimnya informasi, sehingga merasa kurang dilibatkan dan menjadi apatis. Penting bagi program inisisasi kampung wisata untuk menjamin pemahaman dan tertampungnya aspirasi masyarakat dalam perencanaan kampung wisata di kelurahan Ngupasan.


B.     PEMBAHASAN
Desa wisata biasanya berupa kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus yang layak untuk menjadi daerah tujuan wisata. Di kawasan ini, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata. Di luar faktor-faktor tersebut, sumberdaya alam alam dan lingkungan alam yang masih asli dan terjaga merupakan salah satu faktor penting dari sebuah kawasan desa wisata.
Selain berbagai keunikan tersebut, kawasan desa wisata juga dipersyaratkan memiliki berbagai fasilitas untuk menunjangnya sebagai kawasan tujuan wisata. Berbagai fasilitas ini akan memudahkan para pengunjung desa wisata dalam melakukan kegiatan wisata. Fasilitas-fasilitas yang seyogyanya ada di suatu kawasan desa wisata antara lain: sarana transportasi, telekomunikasi, kesehatan, dan akomodasi. Khusus untuk sarana akomodasi, desa wisata dapat menyediakan sarana penginapan berupa pondok-pondok wisata (home stay) sehingga para pengunjung dapat merasakan suasana pedesaan yang masih asli.
Kelurahan Ngupasan merupakan daerah yang memiliki berbagai etnis, utamanya yakni Jawa dan Tionghoa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tradisi dan budaya kurang berkembang di Kelurahan Ngupasan mayoritas warganya bermata pencaharian sebagai pedagang, terutama makanan, baik itu oleh-oleh (makanan khas) maupun makanan sehari-hari. Perlu dirumuskan jenis kampung wisata yang akan dapat mewadahi keberagaman  keberadaan tersebut.  Sehingga muncul 3 alternatif pilihan kampung wisata untuk Kelurahan Ngupasan, yakni angkringan bergaya Tionghoa, sentra makanan khas, dan kampung lampion.
Kegiatan penelitian inisiasi kampung wisata ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada masyarakat Kelurahan Ngupasan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan masyarakatnya sendiri terkait program kampong wisata. Selain itu, pelaksanaan kegiatan ini juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk menampung aspirasi masyarakat terkait pelaksanaan program kampong wisata oleh pemerintah daerah.
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner kepada responden, diperoleh hasil sebagai berikut:
1.         Informasi mengenai kampung wisata sudah cukup sampai pada masyarakat. Namun, jangkauannya masih harus diperluas lagi agar semua warga akan memiliki pemahaman dan pengetahuan yang sama mengenai inisisai desa wisata tersebut.
2.         Tingkat persetujuan tinggi terhadap innisisasi kampung wisata dari warga kelurahan ngupasan. Untuk sisanya yang tidak memilih jawaban bisa disiasati dengan meningkatkan sosialisasi kampung wisata dan manfaat yang akan diperoleh sehingga tidak adalagi keraguan dalam diri warga untuk menyetujui adanya inisisai kampung wisata.
3.         Jenis kampung wisata yang paling banyak dipilih adalah sentra makanan khas. Hal ini, bia dipahami karena memang sebagian besar warga ngupasan sudah menggeluti bidang tersebut. Hanya saja, persaingan dibidang makanan khas bisa dibilang cukup tinggi sehingga harus benar-benar dibuat konsep yang berbeda dan baru jika dibandingkan dengan yang sudah ada. Adanya campuran budaya Tionghoa pada masyarakat Ngupasan bisa menjadi peluang untuk memberi karakteristik khusus pada kampung wisata yang akan diwujudkan.
4.         Masih sedikit warga yang bersedia menyediakan fasilitas akomodasi. Sehingga penyelenggara nantinya perlu mengadakan kerjasama dengan pihak luar. Atau bisa juga masyarakat secara bersama sama menciptakan fasilitas akomodasi tersebut.

C.     PENUTUP
Program kampung wisata merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan di Kelurahan Ngupasan. Untuk dapat mewujudkan suatu desa wisata diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Tidak hanya warga Ngupasan dan pemerintah daerah saja, namun institusi pendidikan seperti Universitas Negeri Yogayakarta, dapat ikut memegang peranan penting. UNY dapat memberikan peluang dan masukan untuk program kampung wisata ini. Dengan demikian, jika program ini berhasil akan memberikan kebanggaan dan warna tersendiri bagi berdirinya Kampung Wisata Ngupasan.


Laporan Penelitian Inisiasi Kampung Wisata Ngupasan dapat di download di sini